Monday, February 05, 2007

menjaga hidup, hidup untuk menjaga

Tulisan ini diilhami ketika aku berkunjung ke bengkel motor kymco di bilangan bintaro, jaksel. Ketika itu hari senin dan waktu telah menunjukkan pukul 18, cukup malam bagi sebuah bengkel resmi untuk buka. Ketika kulihat masih ada beberapa mekanik dan manajer yang kukenal masih ada, langsung aja kubelokkan motor memasuki halaman bengkel tsb.

Ngobrol-ngobrol sebentar, lalu ambil cemilan di warung "resmi" yang buka di halaman bengkel, sambil menikmati cemilan dan sebotol minuman soda, pembicaraan beralih ke topik mengapa motorku selalu dipuji mengkilap, kinclong, terawat dst.

Ibu pemilik warung, sebut saja ibu Slamet, memuji motorku lebih kinclong daripada motor yang ada di showroom. Dalam hati "bisa aja si ibu ini." Kujelaskan bahwa ini pengaruh dari shampoo motor yang kugunakan, bukan produk mahal tapi efektif untuk meninggalkan kesan mengkilap pada bodi. "Tapi bener ini memang keliatan dari perawatannya yang rajin ini kok," begitu balasnya. Tanpa perlu berbesar hati, aku hanya bersyukur bahwa masih bisa memiliki motor ini dan masih bisa merawat motor ini. "Tapi memang bener mas, seninya bukan punyanya, tapi merawatnya kan?" begitu kata ibu slamet.

Setelah panjang lebar membahas topik lain dan waktu telah menunjukkan pukul 20.30, tiba saatnya untuk pulang, dalam hati masih terfikir ucapan ibu tadi, "bukan memiliki tapi seni merawatnya..."

Setelah beberapa saat teringat ucapan tadi, lalu aku ingat sebuah kutipan kata pada film seri karya steven spielberg "taken", di situ seorang anak tk yang menjadi tokoh kunci berprolog; "life, is all maintenance..."

Motor itu sendiri adalah bentuk kepemilikan, kita memiliki motor. Kita menjaga motor ini supaya kita bisa tetap memiliki motor ini. Motor, perlu kita mandikan agar bersih. Bayar cicilan sekian kali sambil tetap menjaga agar motor tetap "jalan" sampai pada akhirnya cicilan lunas. Kita service dan ganti oli periodik agar mesin tetap terjaga sampai pada umur batas mesin. Kita belikan parts supaya saat kita kendarai motor itu bisa berjalan dengan baik dan tidak akan membuat kita celaka. Semua kita lakukan untuk menjaga kepemilikan motor tadi.

Motor adalah kendaraan, kita kendarai untuk mencapai tujuan kita, contoh ekstrim ke tempat mudik misalnya. Kita harus pastikan motor dalam keadaan baik dan yahud supaya perjalanan kita lancar dan sampai di udik dengan selamat.

Anggap saja motor seperti hidup kita. Kita hidup untuk mencapai tujuan, yaitu dalam batas usia kita di dunia, senantiasa sehat dan sejahtera, fisik dan mental, jasmani dan rohani dst. Segala yang kita pandang baik kita harapkan terjadi dalam hidup kita di dunia ini. Kesemua yang baik itu juga merupakan manifestasi dari keinginan yang lebih tinggi derajatnya yaitu "hidup" yang baik di dunia setelah kita mati, yaitu di akhirat.

Kita mengusahakan kebaikan di dunia semata mata minimal untuk kenyamanan di dunia, dan lebih sejatinya adalah sebagai bekal untuk kehidupan setelah kita mati. Seperti motor, kendaraan hidup kita adalah hidup itu sendiri. Dengan kita hidup, segala sesuatu bisa kita usahakan. Dalam kondisi setengah hidup alias koma, atau pingsan sekalipun, tak ada yang bisa kita usahakan di dunia ini, karena "kendaraan" kita sedang lumpuh atau tak mampu berjalan.

Hidup sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan, perlu dijaga. Perlu maintenance, entah rutinitas ataupun sesekali, tetap saja agar kendaraan ini tetap "berjalan" sampai waktunya habis. Paling tidak kendaraan ini kita jaga supaya waktu turun mesinnya lebih lama, atau tidak turun mesin sama sekali. Untuk mencapai tujuan kita perlu kendaraan yang bisa diandalkan, bisa kita kendarai dengan nyaman, tidak akan mencelakai diri, dan mampu membawa kita ke tujuan yang sesungguhnya. "...bukanlah hidup, seninya adalah menjaga hidup itu sendiri..."

No comments: